Kamis, 25 Februari 2010

Cinta dan waktu


Fragmen kehidupan akan menyapaku sebentar lagi

Kehidupan kelak akan mengenalkanku pada sang waktu

Apa yang dapat ku katakan pada detik-detik waktu

Selain getar haru menanti keputusan takdir

Temaram cahaya senja itu menyambutku

Dan linagan airmata bunda menegaskan bahwa aku telah tiba

Dalam ruang fana kehidupan

Kala mata nanar melihat dunia

Tampak Dunia yang hina, dan penuh keculasan

Memintaku untuk berjabat tangan

Tiba-tiba aku dikejutkan oleh teriakan sang waktu

Memintaku untuk segera mempersiapkan segalanya

Entah apa yang ingin diperbuat oleh sang waktu padaku

Sorot matanya tajam dan penuh intimidasi

Seolah memintaku untuk cepat berlari

Rasa cemas menyelimutiku

kurasakan firasat buruk atas kehadiran dunia dan waktu

hanyalah tangis yang keluar dari mulut ini

kulihat juga manusia berdatangan kearahku seraya tersenyum

bunda mungkin merasakan cemasku

ia mendekapku dan irama denyut nadinya

membuatku merasa aman untuk sesaat

begitulah kuthau akhirnya, ibu adalah kedamaian

Sejenak ku tertidur dalam dekapannya

Fragmen kehidupanku terus berlanjut

Dunia dan waktu mengikuti tiap langkahku

Dunia ternyata baik hati

Ia menawarkan padaku berjuta kesenangan dan angan

Sehingga aku terlena pada sang waktu yang memang menyebalkan

Waktu selalu melarangku untuk menuruti angan dan kesenangan

Cinta pun meliputiku, pada dunia

Pada apa-apa yang ia tawarkan

Keindahan, kecantikan, kekayaan dan kekuasaan

Alangkah menyenangkannya kehidupan dengan dunianya

Alangkah indah cinta itu menyapaku

Kini dunia adalah segalanya bagiku

Kukurbankan waktu demi mengejar dunia,

Mengikuti langkah-langkahnya sangatlah mengasyikan

Canda tawa dan pipi yang merona

Kelezatan dan ketamakan

Kesombongan dan kekuasaan

Itulah angan kehidupanku

“Waktu, waktu, ..... kamu semakin tua”

Kataku di suatu senja

Aku kini senang mencemooh waktu yang semakin ringkih

Keriput membanjiri tubuh congkaknya

Memang kusaksikan sang waktu semakin memudar

apakah ini pertanda ia akan menghilang

dan menjauh dariku

itu berarti kebebasan bagiku

menikmati dunia

tanpa pengawasannya

semua terhenti manakala kumenyaksikan

mentari terbelah di pagi hari

dan rasa-sakit yang menyayat-nyayat sekujur tubuhku

“inikah sakaratul maut”

“betapa sakitnya, betapa kejamnya sakratul maut ini merenggut hidupku”

waktu yang selalu mengikutiku dengan nasehat-nasehatnya

kini menghilang entah kemana

dunia datang membawa selembar kertas

berisi catatan-catatan ketamakanku

sembari tertawa ia berkata

“ inilah kesenangan-kesenangan yang telah kau habiskan, kini saatnya kau membayarnya dengan kematian”

Dunia kembali tertawa terbahak-bahak sembari berlari pergi

Meninggalkanku sendiri dalam ruang gelap yang sempit ini

Terpenjara dalam ruang penyesalan

Terhadap waktu yang kusiakan

Kuberucap dalam hati

“andai waktu kembali tak kusiakn dirimu lagi”

Dalam ratapan, ku menangis

Alangkah bodoh hambamu ini ya Rabb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar