di ambil dari Blog Afifah Afra....
Salah satu dongeng yang saya pastikan tidak akan saya sampaikan ke anak-anak saya adalah 'Si Kancil Nyolong Timun' (Si Kancil Mencuri Ketimun). Mengapa seekstrem itu? Bagaimana sih, isi dongeng itu?
Jika
Anda tinggal di daerah Jawa, khususnya Jawa Tengah, cerita anak ini
sungguh sangat ngetop. Baiklah, sekilas saya paparkan isinya.
Ringkasnya,
pada suatu hari, si kancil mencuri ketimun, lalu ditangkap Pak Tani
(maksudnya Petani). Oleh Pak Tani, dia dimasukkan ke dalam kurungan.
Nah, saat dikurung itulah, seekor anjing penjaga, milik Pak Tani
mondar-mandir di dekatnya.
"Kenapa kau dikurung?" tanya Anjing Penjaga,
Si
Kancil tersenyum, sebuah ide nyelip di otaknya. "Siapa bilang aku
dikurung. Aku sedang disuruh menyepi, membersihkan jiwa disini."
"Apa maksudmu?" si Anjing bingung.
"Pak Tani mau menjadikanku sebagai menantu. Makanya, aku disuruh membersihkan jiwa terlebih dahulu."
Si
Anjing mendadak merasa cemburu. "Sialan, aku yang sudah sejak dahulu
ikut Pak Tani dan setia, tetapi malah tidak dijadikan menantu. Malah
kamu, yang baru saja nongol, langsung dijadikan menantu."
Umpan si Kancil termakan si Anjing. Maka, ia pun menerapkan jurus selanjutnya.
"Ah, aku sungguh kasihan kepadamu. Pak Tani benar-benar tidak adil. Kau yang setia kepada beliau, malah dinomorduakan."
Si Anjing makin gondok. Saat amarah dalam dadanya tengah meledak, maka Si Kancil pun kembali memasang umpan.
"Gini
saja, Jing. Bagaimana jika kau yang masuk ke dalam kurungan ini. Kau
bertapa di dalam sini, sehingga bersih jiwamu. Nanti, kau akan diangkat
jadi menantu Pak Tani."
Si Anjing sontak setuju. Walhasil, ia pun membuka kurungan si Kancil, dan masuk ke dalamnya. Kancil melenggang keluar. Bebas!
* * *
Sekilas,
apa yang terbersit di benak Anda setelah membaca ringkasan dongeng
tersebut? Mudah-mudahan ada kesamaan pikiran. Yah, si kancil itu mirip
para koruptor zaman sekarang. Mencuri uang rakyat, dikurung, lalu
menyuap petugas dan bebas. Cuma, memang modus operandinya lebih canggih.
Bisa
jadi, saat menciptakan dongeng tersebut, para leluhur kita tak memiliki
pemikiran buruk, kecuali sekadar membuat anekdot yang justru
memunculkan pesan agar kita berhati-hati terhadap karakter semacam
kancil. Atau, malah bisa juga sebaliknya, karena kancil itu binatang
lemah, maka dia harus mengoptimalkan otaknya, termasuk mencari cara-cara
yang 'licik' agar bisa survive.
Lepas
dari itu, dongeng sungguh mampu menelusupkan pemikiran sampai alam
bawah sadar. Dengan kata lain, dongeng ternyata bisa membentuk karakter
seseorang, bahkan jika dongeng itu menjadi milik masyarakat, maka bisa
juga dongeng itu bisa membentuk karakter masyarakat.
David McLelland, seorang psikolog sosial, telah membuktikannya.Psikolog
tersebut menemukan sebuah teori, bahwa dongeng sebelum tidur ternyata
berpengaruh terhadap prestasi suatu bangsa. McClelland membuat
perbandingan antara dua negara adidaya pada abad 16, yakni Inggris dan
Spanyol. Dalam penelitiannya, McClelland
menemukan dongeng dan cerita anak Inggris abad ke-16 mengandung 'virus'
yang menyebabkan pembaca atau pendengar terjangkit penyakit The need for Achievement
(Kebutuhan Berprestasi) yang kemudian terkenal sebagai n-Ach. Sedangkan
cerita dan dongeng Spanyol justru meninabobokan rakyatnya.
Psikolog
ini, dengan bantuan beberapa ahli yang netral, menemukan puisi, drama,
pidato penguburan, kisah epik di Inggris ternyata menunjukkan optimisme
yang tinggi, keberanian untuk mengubah nasib, dan sikap tidak cepat
menyerah. Cerita-cerita
seperti ini dianggap memiliki nilai n-Ach tinggi. Lalu ia juga menemukan
pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi selalu didahului oleh The Need
for Achievement yang tinggi dalam karya sastra masa itu. Ketika bergerak
lebih jauh, mengumpulkan 1300 dongeng dan cerita anak dari berbagai
negara era tahun 1925 dan 1950, ia mendapati cerita atau dongeng yang
mengandung nilai n-Ach tinggi selalu diikuti pertumbuhan ekonomi yang
tinggi di negara itu dalam kurun waktu 25 tahun kemudian.
Yang
menarik, Ismail Marahaimin, guru besar Fakultas Ilmu Budaya UI, dalam
makalahnya yang berjudul "Pembekalan pada Bengkel Penulis Cerita Anak,"
mengaitkan antara kepopuleran cerita si Kancil di Indonesia. Kancil
adalah sosok binatang yang licik. Mungkinkah dongeng tersebut juga
berkontribusi terhadap bangsa Indonesia saat ini?
Mungkin
hal tersebut sebenarnya juga telah disadari oleh beberapa pendidik.
Sebuah lagu yang diciptakan oleh NN (No Name), tampaknya berusaha
mengcounter kisah si Kancil yang justru membuat anak-anak mengidolakan
tokoh licik itu.
Si Kancil anak nakal, suka mencuri ketimun
Ayo lekas dikurung, jangan diberi ampun
Wallahu
a'lam. Yang jelas, saya juga telah membuktikan bahwa dongeng ternyata
sangat berperan dalam pembentukan karakter anak-anak saya. Jadi, saya
tidak akan memberikan dongeng Kancil, khawatir justru karakter Kancil
itu merasuk dalam diri anak saya. Kalaupun kelak anak saya mendapatkan
cerita itu dari sumber lain, tentu saya akan berupaya mengcounternya
sebisa saya. Bagaimana dengan Anda?