Kamis, 25 Februari 2010

Cinta dan Benci


Batas akhir dari rasa kagum itu ialah cinta, sedangkan batas terluar dari akumulasi rasa sakit dan kesombongan adalah kebencian, dan titik tengah antara cinta dan kebencian adalah sikap apatis. Antara Cinta, kebencian dan sikap apatis sangat dipengaruhi oleh respon hati yang dinamakan “naluri”.

Cinta dan kebencian membuat seseorang mampu untuk berkorban dan menerima rasa sakit yang memilukan bahkan memalukan, juga cinta dan kebencian membuat para pecinta dan pembenci mengenyahkan penat, meski takdir menyakiti. Adam rela terusir dari syurga demi rasa cintanya kepada Hawa, Cinta muhamad SAW kepada umatnya membuatnya rela terusir dan tersakiti, kebencian iblis kepada Adam membuatnya kehilangan cinta Tuhan dan kebencian Abu Lahab kepada islam membuatnya mati mengenaskan.

Adalah kesombongan dan keikhlasan yang membuat kebencian dan cinta bertahan. Kesombongan iblis menyebabkan dia dibenci selamanya oleh Tuhan dan kesombongan Abu Lahab membuatnya kafir sepanjang hayatnya, keikhlasan Adam yang membuat nya tak lantas membenci Hawa yang mudah terpengaruh oleh rayuan iblis untuk memetik buah khuldi dan keikhlasan Nabi Muhamad saw dalam berdakwah tak membuatnya membenci penduduk thaif yang melemparinya dengan batu

Cinta dan kebencian dalam sejarahnya selalu beriringan, terkadang cinta adalah akhir dari kebencian dan sebaliknya kebencian bisa menjadi akhir dari drama cinta. Kebencian bisa berakhir dengan cinta manakala kesombongan telah luluh lantak di depan pintu keihlasan dan cinta bisa berakhir dengan benci manakala kesombongan telah mengalahkan keikhlasan. Kebencian Umar r.a terhadap islam berubah cinta; ketika kesombongannya luluh lantak dihadapan keikhlasan dan keteguhan adik perempuannya, Fatimah. Sedangkan cinta zulaikha kepada Yusuf AS, berubah menjadi kebencian manakala kesombongan telah meracuninya.

Dampak dari cinta adalah perdamaian sedangkan dampak dari kebencian adalah permusuhan. perdamaian dapat terwujud jika kebencian berubah menjadi cinta.

Namun, harus ada takaran rasionalitas dalam cinta, bahwa semua yang dicintai tidaklah sesempurna Tuhan yang menciptakannya. Ashobiyah atau fanatisme buta tidaklah dianjurkan dalam islam, demikian halnya dengan cinta. cinta yang buta dapat membutakan hati, dan hati yang buta membuat semua tak terkendali. Oleh karena itu Allah swt mengingatkan : “...boleh jadi engkau membenci sesuatu padahal baik untuk mu dan boleh jadi engkau mencintai sesuatu padahal buruk bagimu...”

Jika cinta telah buta maka semuanya akan sirna, seperti kata yang diucapkan kayu kepada api yang membuatnya terbakar, seperti isyarat yang disampaikan awan kepada hujan yang membuatnya tada.

Meski cinta terasa sangat menyakitkan, jangan biarkan badai kebencian menghampiri dan jangan sisakan ruang kesombongan dalam hati, karena ia adalah dosa pertama yang membuat iblis terjermbab dalam kubangan kebencian selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar